Detik ini, penyerobotan ruang hidup merajalela. Mereka yang tergusur hidup dalam kemiskinan, kehilangan sarana produksi, ataupun basis untuk bertahan hidup. Satu-satunya pilihan adalah berbaris sebagai tenaga kerja untuk dieksploitasi demi laba kapitalis. Sebagian lain yang tak terserap, mesti bertarung nasib di pasar tenaga kerja untuk menjadi tenaga kerja informal. Di sisi lain, segelintir kapitalis hidup bermewah-mewahan tanpa harus melakukan kerja mental dan fisik yang menguras energi seperti kelas pekerja.
Dengan kekuatan ekonomi di tangan, mereka mengendalikan negara lengkap dengan aparaturnya. Tidak heran, sekalipun dua dekade lebih reformasi bergulir, episode demi episode hajatan elektoral dilangsungkan, mayoritas rakyat justru bertambah buruk: kesenjangan ekonomi, kemiskinan, upah murah, kerusakan lingkungan, oligarki, dll. Situasi-situasi tersebut nampaknya belum akan berakhir minggu ini.
Pemandangan seperti di atas menjadi umum dalam kehidupan saat ini. Sementara, mempertanyakan dan mengkritik situasi objektif tersebut dianggap subversif. Pada titik inilah kehidupan kapitalisme telah membawa manusia pada kesadaran kapitalis, dimana pola pikir seperti kompetisi pasar yang saling menikam satu sama lain menjadi dominan. Situasi tersebut tidak akan berakhir minggu ini.
Di tengah kondisi demikian, maka diperlukan upaya mengubah hubungan sosial produksi kapitalis. Prasyaratnya adalah semakin banyak pemikir dan pejuang yang siap mengupayakannya. Ini memerlukan pemahaman atas model produksi kapitalis dan eksesnya secara ilmiah. Metode analisis yang objektif, dialektis, materialis, dan historis atas kondisi yang ada diperlukan agar agenda praksisnya dapat diformulasikan secara akurat.
Atas dasar itu, Intrans Institute menyelenggarakan “Sekolah Ideologi dan Ekonomi Politik ke-V”. Kegiatan ini diselenggarakan di Malang, Jawa Timur.
Berikut informasi pendaftaran Sekolah Ideologi V dan Ekonomi Politik.
Unduh Term of Reference SI V