oleh Faris Naufal Ramadhan
Kita sudah sama sama muak
dengan keadaan
yang kadung busuk
tanpa kesempatan
sebab nafas seorang anak manusia
keburu habis sebelum ia mengkhatamkan
segala persoalan tentang dunianya
yang selalu memperbarui diri
dan harapan tentang perubahan nasib
kian tertelan zaman
tanpa satu kesimpulan dapat dimengerti
sejauh mana kita dapat bertahan?
menjadi pertanyaan paling berani
di tempat penuh ketakutan
tak ada yang sempat terselesaikan
Lalu kelahiran menjadi lingkaran
kutukan yang tak berujung
dan kita masih membicarakan
asupan gizi serta pertumbuhan
sementara racun kian berkembang
dengan teknologi yang makin canggih
sebab di era kerapuhan ini
yang berumur panjang
tinggal kesedihan dan penyesalan
Lalu dimana musti kita sembunyikan
nafas perlawanan
yang menjadi kian tak penting lagi
karna di hari hari yang sesak basa basi
melawan ialah cara paling kuno
tidak efektif dan tidak memenuhi
standar kemanusiaan
dan akan dengan mudahnya
ditumpas oleh pengkhianatan
Tapi santai saja
toh dari kita hanya beberapa
yang tidurnya tidak nyenyak
selebihnya kita masih bisa tertawa
menghambur nafsu
selagi menjadi normal
kita dapat sejenak lepas
dari masalah kekhawatiran itu
kita hanya mengunyah dan melepeh
kekalahan. Tidak sampai menelan
urusan zaman biar berjalan
untuk kita titipkan pada anak cucu
dan pada sisa sisa waktu
kita menyulap diri
menjadi pribadi
yang utuh
Malang, 2016
(ilustrasi: Langgam Raya)